Ylang - Ylang
Media sosial kadang emang bahaya.
Seakan bisa mengkuantifikasi kebahagiaan hanya dari likes sama comments. Dan gak cuma sampai di situ, media sosial juga tempat asik untuk orang nyari validasi.
- Posting barang branded beserta struk pembeliannya
- Posting moment lembur dengan kata-kata keluhannya
- Posting hasil usaha disertai narasi 'si-paling-berjuang'
Aku pernah ada di masa lelah liat postingan kayak gitu.
Bentar..
Aku rasa, diksi iri juga gak tepat untuk mendefinisikan perasaanku. Hal yang mereka dapatkan, bukan hal yang ingin jadi tujuanku.
Aku cuma gak nyaman. 'Kenapaya gak bisa enjoy the life?' Cukup bersyukur tanpa orang lain perlu memvalidasi perjuangan mereka.
Tapi ternyata, aku pun gak nyaman untuk merasakan perasaan gak nyaman itu.
Aku coba innerwork, 'apa yang ngebuat aku punya perasaan gak nyaman itu?'
Oh. Ternyata aku merasa lebih baik dari mereka. Aku merasa gak norak, aku merasa si-paling-bersyukur, dan aku merasa paling diberkati Tuhan.
Iya, harusnya cukup biarin mereka mencari validasi untuk pencapaiannya sendiri. Karena itu bentuk mereka menghargai proses perjalanan hidupnya.
Dan aku sadar, hal yang membuat aku risih itu bukan perilaku orang lain, tapi cara pandangku yang belum netral melihat mereka.
Aku cuma perlu merotasi pandanganku buat ngeliat sesuatu yang belum pernah aku lihat.
Iya, Allah baik banget sama aku.
Di masa itu, lagu favorit aku, Perunggu 33x jadi reminder untuk putar-balik.
Rotasikan pandanganmu, ambil sudut yang terbaru.
Belum pernah kau coba lihat semua bukan dari matamu.
Kelak kau kan mengingat yang membawamu ke sini
Kami pernah di situ, di posisimu, helakan kesahmu
Tangerang Selatan, 28 Mei 2025
Nindy Soeraatmadja
0 comments:
Posting Komentar