Sacred Mountain
Dari lapan-enam kilo, jadi enam-satu kilo.
Ternyata, bukan itu target utamaku tahun ini.
Akhir Juni di tahun ini, usia Barra genap dua tahun. Iya, ulangtahun Barra kayak reminder tengah tahun untuk aku dan suami,
'masih terasa nyamankah rumah tangga kalian?'
Angkuhnya, sampai awal Mei ini aku masih merasa nyaman dan aman. Gak ada rasa cemas, sedih, dan marah yang berarti. Termasuk, saat aku dan Barra diopname kemarin.
Gak ada rasa marah ke Allah. Mikirnya cuma, "ini Allah mau ngasi pelajaran apaya?"
Lolos.
Aku bisa ngelewatin masa-masa itu tanpa mengkritik Allah.
Tapi enggak di tiga hari ini (dari waktu aku menulis). Barra yang selama ini dikenal orang lain (pun tentu aku) sebagai anak yang menyenangkan, tiba-tiba jadi monster kecil yang aku takutin.
"Screentime, kampreettt!" Aku gak berenti nyalahin diri aku setiap Barra nangis dan marah karena aku gak ngizinin dia nonton Youtube.
Iya, pas Barra diopname kemarin (dengan dua selang infus yang menggantung), akhirnya aku dan suami ngizinin Barra untuk nonton. Barra sakitnya cenderung lama (> dua minggu), selama itulah Barra kita izinkan nonton.
Dan ternyata, Barra kecanduan.
Pagi tadi, aku ada di kondisi over-stimulate. Barra teriak-teriak sambil megang kaki aku untuk minta handphone.
Aku gak bisa marah.
Aku gak bisa nyubit.
Aku cuma bisa nangis...
Aku gak mau Barra ada trauma dimarahi, tapi ternyata aku bisa ngasi trauma lain ke dia.
People pleasure, kalau akhirnya aku memilih untuk tetep ngasi handphone ke Barra biar dia gak ngerasa sedih dan marah lagi. Di sisi lain otakku, aku gak berenti nyalahin diri aku sendiri yang ngasi izin Barra nonton tanpa rules.
Cuma abis itu aku sadar,
Sial.
Ternyata aku masih nyari validasi untuk menjadi ibu-yang-baik.
Ternyata aku belum bisa menerima ketidaksempurnaanku yang memilih jalan pintas pas aku ngerasa lelah.
Ternyata aku belum siap menerima sisi lain anakku.
Padahal,
ibu-yang-baik bukan berarti ibu-yang-gak-boleh-marah. Tapi ibu yang mau belajar bareng sama anaknya.
Padahal,
gapapa kalo sesekali kita di luar jalur. Perlahan bisa diperbaiki, gak perlu dipaksa 'sekarang'.
Padahal,
tiap anak melewati fase untuk kenalan sama emosinya. Dan tantrum adalah hal-yang-wajar selama bisa dikendalikan.
Keberhasilan tengah tahun ini, bukan soal pencapaian berat badan yang turun,
tapi tentang ibu yang belajar menjadi seorang ibu. Si ibu jadi paham kalau,
Ketidaksempurnaan yang membuat suatu hal jadi terlihat sempurna.
Gitukan?
Tangerang Selatan, 28 Mei 2025
Nindy Soeraatmadja
0 comments:
Posting Komentar